-->
Label:

Cara Membuat Roti Buaya Khas Betawi

Cara Membuat Roti Buaya Khas Betawi

Kali ini kita akan membahas tentang salah satu kue khas orang asli jakarta alias betawi, yaitu Roti buaya. Roti buaya adalah salah satu kue yang paling khas di jakarta, pasalnya, roti ini adalah salah satu syarat bagi mempelai lelaki dalam pernikahan adat betawi. Roti buaya mulai dikenal oleh orang-orang Jakarta saat masuknya bangsa eropa ke indonesia. Bagi bangsa eropa, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, sehingga diperlukan simbol-simbol yang bisa mewakili pernikahan tersebut, saat itu simbol yang biasa dipakai oleh bangsa eropa yang menikah adalah bunga. Tak mau meniru gaya orang eropa, orang betawi pun berusaha untuk mencari simbol sendiri dalam pernikahan, maka dipilihlah roti buaya sebagai simbol pernikahan.

Lalu kenapa harus roti buaya?kenapa bukan roti-roti lainya?. Jawabanya adalah karena buaya merupakan simbol kesetiaan. Buaya hanya akan kawin sekali saja, filosofi inilah yang membuat buaya terpilih untuk mewakili simbolisasi pernikahan ala betawi ini dengan harapan si pengantin bisa langgeng dan saling setia sampai akhir hayatnya.

Roti Buaya Khas Betawi



Dan hingga kini, roti buaya sudah umum disebut sebagai roti kawinan betawi, bahkan ada paradigma yang kemudian menyebutkan bahwa perkawinan belum sah kalau belum ada roti buaya. Untuk membuat roti buaya sendiri tak terlalu sulit, berikut adalah resep untuk membuat roti buaya yang kami ambil dari indorecipe :

Bahan-bahan :
  • 500 g terigu cakra
  • 1 sdm gist
  • 30 g susu bubuk
  • 30 g gula pasir
  • 30 g blue band
  • 500 cc air
  • garam secukupnya
Cara Membuat :
  • Campur dan aduk jadi satu bahan kering; tuangi air, aduk hingga tercampur, masukkan blue band, aduk hingga menjadi adonan kalis
  • Diamkan 45 menit hingga mengembang
  • Potong-potong adonana masing-masing 50 gram, pulungi dan biarkan 15 menit
  • Bentuk adonan yang telah dipulung menyerupai buaya, letakkan diatas loyang yang telah diolesi blue band, biarkan mengembang kembali 45 menit
  • Panggang hingga kuning kecoklatan dan matang, hidangkan.
Tahun Baru Imlek adalah perayaan terpenting kaum Tionghua dalam menyambut tahun barunya dalam kalender Lunar Cina. Kaum Tionghua menganggap tahun Imlek sebagai titik permulaan dalam menentukan nasib dan kehidupannya dalam tahun yang akan datang.
Baca Juga Baju Hijab dan Perawatannya
Maka dari itu, biasaya kaum Tionghua seperti halnya juga orang Muslim akan berusaha mudik dimana saja mereka berada agar sempat makan bersama keluarga di malam tahun baru Imlek.

Begitu juga, biasanya kaum Tionghua juga akan mencuci dan membersihkan rumah dengan harapan menghalau nasib buruk pada tahun lalu dan juga menyediakan rumah mereka sebagai tempat nasib baik pada tahun akan datang. Serta berusaha membayar dan melunaskan segala hutang-piutang. Dengan harapan di tahun yang akan datang mereka akan terbebas dan tidak di kelilingi hutang-piutang.

Tahun Imlek di Indonesia Kaum Tionghua di Indonesia akan merayakan tahun baru Imlek pada kali ini bertepatan dengan shio Naga. Perayaan tahun baru Imlek ini merupakan yang ke 12 kalinya setelah pencabutan larangannya ketika pemerintahan Gus Dur pada tahun 2000 bertepatan dengan dicabutnya Inpres No 14/1967.

Ketika pemerintahan Soeharto perayaan tahun baru Imlek atau tepatnya hal-hal yang berbaru Tionghua mulai dari kebudayaan , nama atau perayaan-perayaan dilarang dilakukan dan di pergunakan oleh orang Tionghua yang ada di Indonesia. Sehingga di keluarkan Instruksi Presiden nomor 14 tahun 1967 oleh beliau dengan alasan politik dan asimilasi kaum.

Baru pada pemerintahan GusDur Inpres tersebut di cabut pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2001 Gus Dur menindak lanjuti dengan Kepres No 19/2001 tertanggal 9 April 2001 meresmikan bahwa Tahun Baru Imlek sebagai hari libur Fakultatif (hanya berlaku bagi orang yang merayakannya). Namun pada 2003 Presiden Megawati menyatakan sebagai hari libur nasional.